Emosi dan Seks
Love and Sex Pendidikan Sex Sex EducationEmosi kita mempengaruhi fungsi seksual kita. Hal ini tampak sangat jelas saat kita mengatakannya, tapi banyak sekali orang yang berperilaku sepertinya mereka tidak menyadari hal ini. Respon terhadap rangsangan seksual adalah sebuah refleks. Manusia melihat stimulus fisik atau mental (katakanlah sentuhan atau fantasi seksual). Pesan ini berkelana sampai ke otak, sehingga mengirimkan sebuah pesan dari sum-sum tulang ke banyak bagian tubuh, menginstruksikan kepada mereka untuk berespon dengan aliran darah yang cepat, dagdigdug, dan sebagainya.
Emosi adalah kejadian elektrik dan kimiawi dalam tubuh, mereka memfasilitasi atau menganggu pesan yang berhubungan dengan seks. Sehingga jika pasangan anda berkata, “kulitmu sangat halus,” emosi anda pun akan memfasilitasi suatu respon seksual. Tapi jika pasangan anda menyebutkan nama yang salah, emosi anda akan menganggu respon seksual anda. Hal inilah yang menyebabkan perasaan-perasaan seperti marah, cemas, sedih dan frustasi menganggu refleks-refleks tertentu seperti ereksi, lubrikasi dan orgasme.
Banyak orang menolerir emosi negatif saat berhubungan seksual dengan berdiam diri. Kebanyakan pria dan wanita pernah mengalami hubungan seks yang membuat mereka merasa tidak nyaman. Hal ini mungkin diakibatkan kecemasan akan performa mereka, rasa takut atau marah karena disakiti atau kesedihan karena keinginan yang tak dipedulikan.
Tubuh dalam situasi seperti ini jarang sekali berespon dengan cara yang ideal. Sayangnya, orang seringkali menyalahkan diri mereka daripada menyalahkan situasi yang ada atas respon mereka yang tidak sesuai. Ini seringkali merupakan awal dari rasa percaya kalau mereka memiliki suatu disfungsi. Nah, ini membuat lebih banyak kecemasan saat berhubungan seksual, membuat hubungan seksual kita jadi makin ‘tak terasa’.
Tidak seperti komputer, tubuh kita berespon pada faktor-faktor irasional seperti harapan, ingatan dan emosi. Hal ini berarti menyadari kalau emosi kita penting untuk kepuasan hubungan seksual. Perasaan anda mungkin memalukan, mengejutkan atau membingungkan anda, tapi perasaan ini nyata dan pengaruhnya terhadap fungsi seksual juga sama nyatanya.
Penis dan vulva biasanya berbicara jujur: penis yang takut biasanya lembek, dan vulva yang marah biasanya menutup rapat serta mulut yang sedih jarang rileks dan menikmati ciuman. Mengakui pada diri anda kalau anda betul-betul merasa tidak nyaman dan mendiskusikannnya dengan pasangan anda mungkin lebih membuat anda tidak nyaman. Tapi tidak ada penggantinya untuk berhubungan dengan diri anda—atau pasangan anda—secara emosional. Karena ini kunci menuju fungsi seksual yang sehat.
Emosi adalah kejadian elektrik dan kimiawi dalam tubuh, mereka memfasilitasi atau menganggu pesan yang berhubungan dengan seks. Sehingga jika pasangan anda berkata, “kulitmu sangat halus,” emosi anda pun akan memfasilitasi suatu respon seksual. Tapi jika pasangan anda menyebutkan nama yang salah, emosi anda akan menganggu respon seksual anda. Hal inilah yang menyebabkan perasaan-perasaan seperti marah, cemas, sedih dan frustasi menganggu refleks-refleks tertentu seperti ereksi, lubrikasi dan orgasme.
Banyak orang menolerir emosi negatif saat berhubungan seksual dengan berdiam diri. Kebanyakan pria dan wanita pernah mengalami hubungan seks yang membuat mereka merasa tidak nyaman. Hal ini mungkin diakibatkan kecemasan akan performa mereka, rasa takut atau marah karena disakiti atau kesedihan karena keinginan yang tak dipedulikan.
Tubuh dalam situasi seperti ini jarang sekali berespon dengan cara yang ideal. Sayangnya, orang seringkali menyalahkan diri mereka daripada menyalahkan situasi yang ada atas respon mereka yang tidak sesuai. Ini seringkali merupakan awal dari rasa percaya kalau mereka memiliki suatu disfungsi. Nah, ini membuat lebih banyak kecemasan saat berhubungan seksual, membuat hubungan seksual kita jadi makin ‘tak terasa’.
Tidak seperti komputer, tubuh kita berespon pada faktor-faktor irasional seperti harapan, ingatan dan emosi. Hal ini berarti menyadari kalau emosi kita penting untuk kepuasan hubungan seksual. Perasaan anda mungkin memalukan, mengejutkan atau membingungkan anda, tapi perasaan ini nyata dan pengaruhnya terhadap fungsi seksual juga sama nyatanya.
Penis dan vulva biasanya berbicara jujur: penis yang takut biasanya lembek, dan vulva yang marah biasanya menutup rapat serta mulut yang sedih jarang rileks dan menikmati ciuman. Mengakui pada diri anda kalau anda betul-betul merasa tidak nyaman dan mendiskusikannnya dengan pasangan anda mungkin lebih membuat anda tidak nyaman. Tapi tidak ada penggantinya untuk berhubungan dengan diri anda—atau pasangan anda—secara emosional. Karena ini kunci menuju fungsi seksual yang sehat.